Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD Kota Bandung lakukan kunjungan ke Universitas Pendidikan Indonesia pada hari Senin, 13 September 2021, tim diterima di Ruang Rapat Partere mulai pukul 09.00 WIB. Tim kunjungan diterima oleh Rektor, para Wakil Rektor, Sekretaris Universitas, Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), Ketua LPPM, Kepala BPPU UPI, Direktur Direktorat Inovasi dan Pusat Unggulan, Kepala Divisi di lingkungan BPPU, Kepala Bagian Umum dan Kesekretariatan SU, serta Sriyono, M.Pd., Ketua Tim Riset Mesin Pengelolaan Sampah.
Kunjungan ini dimaksudkan untuk meninjau mesin pengelolaan sampah yang dikembangkan oleh tim riset pada Fakultas Pendidikan dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang digaet oleh Pemkot Bandung. Pemkot Bandung mendapatkan hibah prototipe mesin pengolah sampah atau insinerator buatan Jepang dengan menggaet FPTK UPI untuk mengelolanya. Mesin ini terdiri dari dua macam yakni menggunakan listrik dan tidak.
Seperti dilansir dari https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5722012/insinerator-buatan-jepang-dikembangkan-pemkot-bandung-upi?tag_from=wp_nhl_4 bahwa Cara kerjanya, sama seperti mesin insinerator pada umumnya.
"Mesinnya ada dua macam, dikembangkan di UPI. Teknologi dasar dari Jepang, dikembangkan di sini, teman-teman bisa lihat masih ada asap, emisinya masih harus terus kita sempurnakan supaya lebih aman," ujar Oded.
Dia berharap prototipe mesin pengolah sampah ini nantinya bisa digunakan di setiap RW di Kota Bandung. "Kalau ini nanti goal, kita berharap nanti pengolahan sampah betul-betul bisa desentralisasi, bisa di tiap RW. Kalau di tiap RW, (di Kota Bandung) ada 1.587 RW, kalau setiap RW satu selesai, bertahap ya," tuturnya.
"Kelebihan ini, skalanya kecil, harapan kita kan desentralisasi. Kedua, dengan skala kecil ini diharapkan bisa dilaksanakan di tingkat RW, pengolahan sampah yang tepat dan benar itu desentralisasi," ucap Oded.
Oded menyebut mesin tersebut masih dikembangkan supaya lebih ramah lingkungan. "Ini masih dikembangkan oleh UPI. Targetnya secepatnya, sebulanan. Harga belum, ini akan kita produksi di Kota Bandung kerja sama dengan UPI," kata Oded.
Ketua Laboratorium UPI Sriyono mengungkapkan keunggulan mesin tersebut. "Ini kapasitas produksi hanya setengah meter kubik, sama halnya dengan insinerator eksisting yang sudah ada, hanya yang jadi keunggulannya tanpa gunakan energi listrik. Pembakarannya gunakan alamiah, hanya dengan meningkatkan asupan oksigen yang masuk ke dalam ruang bakar utama, itu bisa dilakukan dengan teknologi magnet ini," ujarnya.
"Ini disebutnya low temperatur insinerator pembakarannya juga awet. Begitu nyala terus bakal habis (membakar sampah), jadi diisi terus kalau api nyala sampah terus diisi dan habis," ucap Sriyono menambahkan.
Untuk mesin pengolahan sampah yang tidak menggunakan listrik, awalnya harus membakar sampah kering seperti kita menyalakan tungku. Hasil pembakaran sampah ini, memiliki nilai ekonomis.
"Cara kerjanya kita harus bakar sampah yang kering dulu, supaya terjadi api. Kalau sudah muncul api, baru dimasukkan sampah baik sampah basah atau kering. Sampah yang masuk sini betul-betul tidak memiliki nilai ekonomi, terbakar habis dan nanti hasil pembakaran dalam bentuk abu. Abunya bisa dimanfaatkan lagi untuk paving block atau pas bunga," tutur Sriyono.