Ujian Setiap Detik

22 December, 2017
44

Ujian setiap detik. Hidup sesungguhnya adalah ujian setiap detik, di setiap hembusan nafas, sejak akil baligh hingga detik nafas terakhir, hingga malaikat maut mencabut ruh dari raga. Demikian taushiyah dari KH.Athian Ali yang disampaikan pada pengajian rutin FPTK.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta " (QS al-Ankabut [29]: 2-3).

Sesungguhnya Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran bahwa ketika seseorang memilih beriman-tidak menjadi kafir, menyatakan dirinya beriman kepada Allah, artinya ia siap diuji, menerima setiap ujian, hingga di akhir hidupnya akan dinyatakan lulus ujian atau tidak. Seseorang yang mengaku beriman, ia harus pasrah, tunduk, taat terhadap semua ketentuan Allah, hingga dirinya tidak akan pernah lagi mempertanyakan setiap aturan, perintah, ketentuan dari Allah. Jika ia masih bertanya kenapa harus begini, mempertanyakan mengapa harus begitu, sudahi saja tidak perlu beriman, karena iman itu percaya, mempercayakan kehidupannya, meyakini bahwa Allah tidak mungkin akan mendzhalimi hambaNya.

Ujian dalam hidup, tidak selalu dimaknai sebagai kemalangan, kemiskinan, penderitaan ataupun kesedihan. KH. Athian Ali menggambarkan, bahwa terkadang harta, pangkat, jabatan, kekayaan menjadi ujian yang lebih berat daripada kemiskinan, sakit menjadi ujian yang lebih ringan daripada sehat. Hanya sayangnya, kebanyakan manusia keliru memahami ujian. Mereka hanya memaknai ujian ketika dirundung kemalangan, padahal jabatan adalah ujian, kekayaan pun itu ujian. Adalah wajar, jika pegawai biasa, yang tak berpunya jabatan, tidak berbuat korupsi, karena ia tidak memiliki kesempatan itu. Menjadi sangat luar biasa itu, ketika ia adalah pejabat, berpangkat dan berharta, tapi tetap konsisten pada aturan Allah, sanggup menghadapi ujian godaan kesempatan berbuat maksiat hingga dinyatakan lulus dari ujian tersebut.

Dan siapakah yang paling berat ujian hidupnya?

Para nabi dan rasul Allah, salafusholeh, karena semakin soleh seseorang, semakin berat ujian yang akan dihadapinya. Ini adalah suatu keniscayaan, semakin tinggi level seseorang, semakin tinggi pula tingkat kesulitan ujiannya. Ujian untuk seorang mahasiswa, tentu lebih sulit daripada siswa SMA.

Siapa sosok yang bisa kita teladani dalam menghadapi ujian hidup?

Nabi dan rasul Allah. Ingatlah ketika Nabi Ibrahim diuji kesabarannya saat menanti buah hatinya. Ingatlah ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan putra satu-satunya yang telah lama dinantinya bersama ibunya di padang pasir tandus. Ingatlah bagaimana Nabi Ibrahim, tunduk, patuh kepada Allah saat tiba  perintah Allah untuk menyembelih putranya satu-satunya Ismail.

"... Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS Ash-Shaffat (37): 102).

Ingatlah bagaimana Ismail dengan tabahnya berkata: "Ayah, pejamkan matamu saat engkau menghunuskan pedangmu, agar ayah lebih kuat.. Ayah, gulungkan lengan bajumu, agar percikan darahku tak mengenai kain bajumu, hingga Ibu tidak bisa mengenalinya,, aku khawatir ibu dan ayah akan sedih dan menangis"..

Kemudian Allah menebus anak itu, menggantikan putra yang hendak disembelihnya itu, dengan seekor sembelihan yang besar.

Demikian balasan Allah kepada orang-orang yang berbuat baik. Nabi Ibrahim dan Ismail adalah teladan orang-orang beriman yang sangat besar cintanya kepada Allah.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk" (QS. Al-Bayyinah (98): 7)

Ismail adalah sosok figur anak soleh, teladan orang muda yang taat, hasil pembinaan, pendidikan ibundanya yaitu Siti Hajar. Benarlah bahwa Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik, “Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq". 

Doa terbaik untuk para ibu yang telah berpeluh lelah mendidik anak-anaknya menjadi orang beriman yang besar kecintaannya terhadap Allah. Surga di bawah telapak kaki ibu, yang mengenalkan iman dan Tuhannya Allah kepada anak-anaknya hingga ia tumbuh menjadi generasi terbaik, menjadi pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.

Dalam sebuah hadis qudsi: "Allah cinta orang tua yang bertobat dan cinta Allah lebih besar pada pemuda yang bertobat”

Demikian ibroh dari taushiyah pengajian rutin FPTK yang telah dilaksanakan pada Jumat pagi, 22 Desember 2017. Semoga semakin meningkatkan kesiapan kita menghadapi setiap detik ujian hidup dan kita digolongkan sebagai orang-orang yang lulus dalam ujian hidup dan menjadi sebaik-baik makhlukNya.

-mnh-